TRADISI CHINA

China kaya sekali dengan adat istiadat dan budaya.  Bahkan banyak tradisi China  juga dirayakan oleh Chinese perantauan di seluruh dunia.

Beberapa tradisi China selain merayakan tahun baru Imlek, juga terdapat :

KUE BULAN (月餅)
Tradisi China

Tradisi China Kue Bulan

Kue bulan (Hanzi:月餅, pinyin: yuèbǐng) adalah penganan tradisional Tionghoa yang
menjadi sajian wajib pada perayaan Festival Musim Gugur (Moon Cake/ Kue Terang Bulan) setiap tahunnya. Di Indonesia, kue bulan biasanya dikenal dalam dialek Hokkian-nya, gwee pia atau Tiong Chiu Pia.

Kue bulan tradisional pada dasarnya berbentuk bulat, melambangkan kebulatan dan keutuhan. Namun seiring perkembangan zaman, bentuk-bentuk lainnya muncul menambah variasi dalam komersialisasi kue bulan.

SEJARAH KUE BULAN

Kue bulan bermula dari penganan sesajian pada persembahan dan penghormatan pada leluhur di musim gugur. Perkembangan zaman menjadikan kue bulan berevolusi dari sesajian khusus pertengahan musim gugur kepada penganan dan hadiah, namun tetap terkait pada perayaan festival musim gugur.

Tradisi China

Tradisi China Kue Bulan

 

Beberapa legenda mengemukakan bahwa kue bulan berasal dari Dinasti Ming, yang dikaitkan
dengan pemberontakan heroik  Zhu Yuanzhang memimpin para petani Han melawan pemerintah
Mongol.  Selama dinasti Yuan (A.D. 1280-1368) China dipimpin oleh orang Mongolia. Para pemimpin sebelumnya dari dinasti Sung (A.D. 960-1280) sangat tidak bahagia dibawah pimpinan suku Mongolia dan merencanakan pemberontakan. Mereka tahu festival kue bulan sudah dekat, jadi mereka memesan kue khusus dengan memasukkan berita penyerangan ke dalam isi kue tsb.

Pada malam festival kue bulan, para pemberontak berhasil menyerang dan menjatuhan pemerintah Mongolia sehingga mereka mendirikan dinasi Ming (A.D. 1368-1644). Hingga sekarang kue bulan dimakan untuk memperingati kisah sejarah tsb.

TRADISI CHINA

LOMBA PERAHU NAGAPerahu Naga Budaya Budaya China

Tradisi lombaan perahu naga ini telah ada sejak zaman negara-negara berperang.  Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya baik di China, Hong Kong, Taiwan maupun di Amerika Serikat.  Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh para peserta dari manca negara, kebanyakan berasal dari Eropa ataupun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.

 

MAKAN BACANG

Tradisi China makan bacang

Tradisi China makan bacang

Tradisi makan bacang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun sejak Dinasti Jin.  Sebelumnya, walaupun bacang telah populer di China, namun belum menjadi makanan simbolik festival ini.   Bentuk bacang sebenarnya juga bermacam-macam dan yang kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bacang tadi.

Di Taiwan, di zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bacang yang dibawa oleh pendatang dari Fujian adalah bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang.  Isi bacang juga bermacam- macam dan bukan hanya daging.  Ada yang isinya sayur-sayuran, ada pula yang dibuat kecil-kecil namun tanpa isi yang kemudian dimakan bersama serikaya, gula manis.

Menggantungkan Rumput Ai dan Changpu

Peh Cun yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap sebagai bulan-bulan yang banyak penyakitnya, sehingga rumah-rumah biasanya melakukan pembersihan, lalu menggantungkan rumput Ai (Hanzi:艾草) dan changpu (Hanzi:菖埔) di depan rumah untuk mengusir dan mencegah datangnya penyakit.  Jadi, festival ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga kesehatan di dalam masyarakat Tionghoa.

Mandi Tengah Hari 

Tradisi ini hanya ada di kalangan masyarakat yang berasal dari Fujian (Hokkian, Hokchiu, Hakka), Guangdong (Teochiu, Kengchiu, Hakka) dan Taiwan. Mereka mengambil dan menyimpan air pada tengah hari festival Peh Cun ini yang dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak.

Masih banyak kegiatan dan tradisi lainnya yang berbeda-beda di masing-masing propinsi China.  Suku Manchu, Korea, Miao, Mongol juga merayakan festival ini dengan tradisi mereka masing-masing.

TRADISI CHINA

FESTIFAL HARI ONDE # DONGZHI JIE

Festival hari onde # 冬至节【dōngzhì jié】 dirayakan setiap tanggal 22 Desember oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.

Menurut tradisi orang Tionghoa, perayaan ini merupakan salah satu FESTIVAL PENTING, sama pentingnya dengan perayaan Tahun Baru Imlek, Festival Perahu Naga (bacang), dan Festival Kue Bulan.

Onde dibuat dari tepung ketan diberikan sedikit air, lalu dibentuk bulatan-bulatan kecil seukuran bola kelereng dan diberi warna hijau, merah dan putih. Onde ada beberapa macam :
– dibuat agak besar seperti bakso, didalamnya berisi kacang tanah yang dihaluskan;
– dibuat tidak diberi isi namun dimasak bersama dengan sayur sawi menurut gaya masakan orang Kongfu.

Baik onde kecil maupun onde besar, cara masaknya sama, direbus lalu dihidangkan dengan kuah manis rebusan jahe, pandan, dan gula pasir (kuah bening) atau aren/gula merah (kuah coklat). Cara makan boleh dalam keadaan panas ataupun dingin diberi es batu.

Klik video ini dan tekan tombol play –> https://www.mediafire.com/?2m2kpypqwel6a43

Makna Makan Onde

Pada zaman dahulu, tradisi perayaan ini dimulai dengan adat pemujaan kepada dewata dan leluhur, untuk BERSYUKUR atas energi positif yang akan datang setelah perayaan. Setelah upacara syukuran selesai, orang-orang akan berkumpul bersama keluarga, teman, saudara untuk sama-sama menikmati Sup Onde yang hangat dan manis sebagai suatu simbol dari kekeluargaan dan kebersamaan.

Festival Hari Onde

Festival Hari Onde

Festival hari onde # 冬至节【dōngzhì jié】 ini menjadi suatu tradisi yang sangat penting bagi masyarakat TIONGHOA PERANTAUAN, karena di tanah perantauan, hal paling utama adalah RASA KEKELUARGAAN DAN KEBERSAMAAN. Sudah terbukti selama beberapa generasi, di tanah perantauan, hanya keluarga dan teman dekat yang bisa membuat kita bertahan hidup dan sukses. Seperti biasa, setiap festival Tionghoa, selalu ada cerita dibaliknya.

Cerita Pembangunan Istana Raja

Pada zaman dahulu di negeri China, ada seorang Raja hendak membangun istananya. Maka dia memanggil semua tukang di seluruh negeri untuk mewujudkan keinginannya. Ada tukang – kayu, batu, cat,  meja kursi, dan tukang lainnya yang masing-masing terbaik dibidangnya.

Kaisar akan menobatkan mereka dengan gelar da shifu (Guru Handal) jika mereka bisa membuatkan istana yang bagus untuknya. Maka setiap tukang itu mengerjakan istana dengan kemampuan terbaiknya.

Dan berita ini sampai juga di telinga seorang tukang masak Raja, dan ingin meminta Raja untuk menobatkan dirinya menjadi Maha Guru tukang setelah istana sudah selesai dibangun. Tentu saja permohonan ini dicemooh para tukang, karena tukang masak dianggap tidak layak.

Maka mundurlah tukang masak dengan kecewa. Saat itu kebetulan sedang musim dingin. Ketika hari sudah mulai menjelang siang dan ditambah udara dingin di luar, dan perut para tukang mulai keroncongan, mereka meninggalkan pekerjaan sejenak dan menuju tempat makan. Tapi tidak tersedia satupun makanan diatas meja hidangan. Terpaksa para tukang melanjutkan pekerjaan dengan perut lapar dan kedinginan. Banyak yang akhirnya berhenti bekerja dan pembangunan istana menjadi terhenti.

Lalu Raja kembali memanggil tukang masak untuk membuatkan makanan bagi para tukang, dan dia berjanji memberikan penghargaan Maha Guru tukang setelah istana selesai dibangun. Saat itu didapur hanya ada beras ketan dan sejumlah bumbu masak. Maka dengan keterampilan si tukang masak, beras ketan itu ditumbuk menjadi menjadi tepung ketan, dan diolahnya menjadi bola-bola kecil ada yang putih, hijau dan sebagian lagi berwarna merah, kemudian direbus dan dihidangkan
dengan kuah yang manis serta diberi jahe.

Sup bola-bola kecil yang hangat itu terlihat sangat bagus karena perpaduan warna hijau, merah dan putih. Kuah yang manis dan hangat membuat para tukang mempunyai tenaga untuk tetap bekerja di musim dingin. Dan dalam sekejab, istana Raja yang indah selesai dibangun sebelum perayaan musim Semi.

Jadi, sejak saat itu masyarakat Tionghoa mulai memasak sup bola-bola kecil setiap musim dingin guna mengingat jasa tukang masak yang telah membantu istana Raja selesai dibangun dengan baik, sekaligus merayakan kebersamaan dengan keluarga & sanak saudara di musim dingin. Selamat FESTIVAL HARI ONDE bersama keluarga. Semoga KEBAHAGIAAN, KEHANGATAN dan KEHARMONISAN selalu hadir di dalam keluarga teman-teman semua.  (Sumber : Kebajikan / 德dé)